Halo sobats, beberapa waktu lalu saya terpikirkan momen berkesan apa dari masa kecilku dulu. Berkesan bukan karena hal baik saja ya. Hal buruk juga bisa jadi berkesan apabila kita tahu kalau kejadian di masa lampau itu cukuplah membuat emosi diri. Meski begitu, kita bisa mendapat pelajaran bahwasanya di masa sekarang jangan sampai hal tersebut diterapkan kepada siapapun. Bukan hanya untuk anak-anak yang seusia dengan kita saat itu.
Hal berkesan ini datang dari salahsatu luka yang cukup kuingat dulu. Baik di saat sekolah maupun di rumah. Luka tersebut berupa perbandingan. Siapa sih yang suka dibandingkan? Seakan-akan kita harus sama dengan objek perbandingan tersebut. Atau dituntut mengikutinya, karena dirasa yang dilakukannya adalah baik. Sedangkan yang kita lakukan tidak, atau justru sia-sia.
Pasti pernah mengalami hal seperti ini, bukan?
“Coba kamu kaya itu loh,” , “Coba lihat, si dia,” , “Mbok ya dicontoh itu anu,”
Entah dibandingkan dengan teman karena prestasi, tingkah laku, tabiat, sikap, dan masih banyak lagi. Sekalipun di saat itu kita sudah berusaha, seakan-akan orang dewasa tidak melihat bahwa kita telah mencoba juga. Lebih tepatnya terpaksa untuk mencoba karena ada objek percontohan supaya diri bisa mengikuti jejaknya.
Dibandingkan Dengan Sepupu
For your information, aku memiliki sepupu yang usianya sama denganku. Dia adalah anak dari adik ibuku, atau bisa kupanggil bibi. Kita dari sejak taman kanak-kanak hingga sekolah dasar mengenyam pendidikan di tempat yang sama. Dan tempat duduk yang tidak jauh berbeda. Hanya saja saat di TK, aku masuk duluan. Begitu sekolah dasar, kami satu kelas. Sedangkan momen perbandingan itu dimulai saat aku kelas 4 ke atas.
Apa saja yang membuat orang dewasa membandingkan progressku dengan sepupuku tersebut? Simak terus ya....
Paham keadaan sekitar ~ Hal ini dicontohkan dengan kebiasaan sepupu yang setiap kali ke rumah kakakku, atau saudara kami lainnya yang masih satu nenek, dia saat setelah makan, atau berkunjung, apabila ada piring kotor sebisa mungkin dibersihkan tanpa diminta. Sedangkan aku tidak. Lebih tepatnya cuek dan easy going apalagi di rumah kakakku. Kalau di rumah saudara lain, orang dewasa biasa memintaku untuk membantu bebersih apa yang bisa dibersihkan.
Tapi hal ini terjadi hanya saat di rumah saudara yang sangat dan cukup akrab ya sobats. Kalau hanya silaturahmi saja biasanya hanya kaku di ruang tamua saja. Sedangkan kami, keluargaku dan bibiku sudah kayak satu rumah begitu, hanya beda lokasi saja. Jadi kalau mau bebersih apa yang belum dibersihkan, ya nggak papa. Malah senang coba.
Karena kejadian itulah aku suka bersungut-sungut saat diminta orang dewasa meniru hal yang sepupuku lakukan. Sebab aku mengerjakannya tidak dengan sepenuh hati, dan sedikit punya ada perasaan benci juga sama dia. Ahhahaaa.
Meski demikian, berkat tempaan perbandingan di masa kecil tersebutlah. Saat aku di rumah kakakku khususnya, sebisa mungkin apabila ada piring kotor ini, tanpa diminta bakalan aku bersihkan. Itu pun pas aku lagi ke rumahnya ya. Hahahaa....
Tulisan ~ Aku masih ingat, dulu waktu kelas 3 kalau nggak salah, kami duduk sebangku bertiga dengan salahsatu teman perempuan lainnya. Di sana saat masih menuliskan materi pelajaran kami biasa membandingkan bagaimana tulisan kami. Tapi memang semuanya berbeda. Punyaku kecil ke sedang, sepupuku yang ukuran sedang, dan temanku satunya cukup besar. Bagus-bagusan walau tidak ada yang nilai sih.
Prestasi ~ Biasalah ya kalau sudah rapotan para orang dewasa akan mulai menanyakan bagaimana prestasi anak-anak mereka. Pun terjadi denganku dan sepupuku. Lalu bertanya itu dia juara berapa, berapa begitu. Meski begitu, jujur saja Emak tidak terlalu menuntutku harus ini itu. Dia percaya nilai yang kudapat adalah hasil dari usahaku. Kalau kurang baik, ya perlu diperbaiki. Kalau dibandingkan dengan sepupu, tidak begitu berlebihan kecuali di bagian pertama lah ya. Hahaa
Dari kejadian di masa lalu inilah. Saat aku punya ponakan yang masing-masing punya kelebihan, keunggulan, yang berbeda satu sama lain. Aku memujinya sesuai prestasi yang mereka miliki. Tanpa merendahkan, meremehkan, atau membandingkan dengan saudaranya yang lain. Mereka hebat dengan cara masing-masing. Tidak mahir dalam bidang ini, bukan berarti di bidang tertentu dia tidak bisa.
Nah, itu dia sobat sedikit ceritaku di masa lalu. Sedikit luka tapi kini sudah cukup lebih baik lah ya. Buktinya aku banyak belajar darinya. Apabila kamu juga memiliki cerita yang sama. Boleh banget bagikan di kolom yang telah disediakan ya. Terima kasih telah membaca dan berkunjung di artikel ini. Sampai jumpa pada artikel berikutnya.
Tabik,
Perempuan Mei
Posting Komentar
Posting Komentar